Kembali Berkabar dengan Kartu Pos
Persegi panjang yang berukuran sekitar 11x16 cm itu
dipenuhi banyak kata, meminta untuk diisi kabar dan pengalaman si calon
pengirim. Dibaliknya ada foto tempat penangkaran Komodo, salah satu
tempat penangkaran hewan yang menjadi daya tarik wisata negeri ini.
Kartu pos bergambar Pulau Komodo itu adalah salah
satu dari sisa kartu pos yang masih saya miliki. Kejenuhan komunikasi
bermedia internet dan perhatian saya terhadap upaya PT. Pos untuk
bertahan dari komunikasi bermedia internet itu, membuat saya mencoba
untuk mengoleksi kartu pos.
Saya selalu suka dengan kartu pos yang memuat foto
sebuah tempat atau visual kesenian daerah. Apa yang saya bayangkan (dan
harapkan), ketika internet belum semasif sekarang, saat mengirim pesan
kepada seseorang di luar negri sana, saya tak perlu repot-repot
menceritakan tentang keindahan negara saya, cukup dengan visual yang ada
pada kartu pos tersebut Sederhananya, kartu pos bisa menjadi
representasi kecil-kecilan dari keindahan suatu negara.
Menulis di kartu pos atau surat pun punya esensi
yang berbeda dibandingkan dengan menulis email atau pesan melalui
internet. Isi dari kartu pos bisa hanya terdiri dari beberapa kata
ringkas melalui rangkaian puisi atau sajak. Ungkapan isi hati si
pengirim terwakilkan oleh gambar dan kata-kata. Rangkaian kata tidak
melulu disampaikan serius, bisa dengan cara jenaka untuk mengungkapkan
rasa perhatian, persahabatan, cinta, terima kasih dan sebagainya.
Pesan, salam, perhatian maupun perasaan untuk
seseorang dalam selembar kartu pos bisa terasa lebih spesial karena
kartu pos mudah dibawa atau dipajang untuk dilihat terus, sekaligus
menjadi pengingat.
Setelah mengirim kartu pos, tiada yang lebih
mengasyikan dari sensasi melihat kotak pos yang selalu kosong tiba-tiba
mendadak terisi beberapa kartu, harap-harap cemas menanti Pak Pos yang
semakin sering mondar-mandir di sekitar rumah, dan mendapat kartu pos
balasan dari si penerima yang berisi untaian kata atau gambar di
dalamnya.
Dulu kartu pos biasa digunakan untuk menyampaikan
berbagai ungkapan perasaan terutama menjelang hari-hari besar. Sekarang
BBM (Blackberry Messenger), Facebok, Twitter, Skype, Google +, dan
lainnya, atas nama kecepatan dan kemudahan menghapus kebiasaan itu
secara perlahan.
Beruntung, tidak semua orang memandang kecepatan
dan kemudahan berkomunikasi melalui media-media tersebut adalah hal
utama. Keberadaan wadah seperti postcrossing dan cardtopost memberi angin segar untuk membangun dan menikmati esensi kegiatan berkirim kartu pos.
Melalui kedua wadah itu, kita bisa mendapat teman
baru, dan berkesempatan untuk mengenal dunia dengan sensasi yang berbeda
dari yang ditawarkan media internet.
Cardtopost juga mengajak pengirim untuk
membuat kartu posnya sendiri. Segala macam minat dan potensi bisa
menjadi medium untuk menjabarkan berbagai ungkapan perasaan dari
pengirim. Kini, saatnya mencari teman baru dan memamerkan kreasimu
sendiri pada gambar atau kata penuh makna melalui lembaran kartu pos.
oleh: Indra Arief Pribadi, penulis lepas.
Powered by Blogger.
Cardtopost adalah
- cardtopost
- Indonesia
- Card to Post adalah ajakan kepada kawan-kawan semua untuk membuat kartu pos untuk menyampaikan sebuah pesan, entah itu berupa ungkapan perasaan, ucapan selamat, atau sekedar sapaan. Sebagai anak muda yang kreatif, nggak bisa diem dan ngegemesin, gambar di kartu pos itu kudu bikinan kita sendiri, kalian bisa memuat foto, ilustrasi, crafting, atau apa pun... So, mari berkirim CARDto, nanti POSTi dibalas..
Program
step by step
Ikuti Kami
Sumbang Tulisan!
Hey ho, kalau yang punya ide dan pemikiran seru soal kartu pos dan aksi berkirim benda pos dan tertarik untuk mewujudkannya dalam bentuk artikel. Kami sungguh sangat senang untuk menerima dan menampilkannya.
langsung kirimkan tulisan kalian ke:
cardtopost@gmail.com
langsung kirimkan tulisan kalian ke:
cardtopost@gmail.com