Men-tradisi-kan Tradisi (apa kabar kartupos?


Tidak bisa dipungkiri kita sudah berada di era digital. Era serba cepat dan teknologi yang serba maju. Ditandainya dengan pelbagai macam gadget-gadget canggih yang memudahkan atau bahkan memanjakan manusia. Dari ponsel sampai komputer terus berkembang seiring zaman. Ponsel yang dulunya begitu besar ukurannya, sekarang hadir dengan tampilan yang ramping dan dilengkapi berbagai aplikasi. Komputer juga mengalami perkembangan yang pesat, salah satunya “komputer jinjing” atau yang lebih dikenal dengan istilah laptop. Mudah dibawa menjadi salah satu alasan orang memiliki perangkat ini.

Bagaimana dengan tradisi surat-menyurat terkait dengan kehadiran ponsel dan komputer? Kehadiran perangkat tersebut menggantikan peran surat-menyurat secara konvensional. Ponsel dengan aplikasi SMS (Short Messange Service) menjadi salah satu perantara untuk bertegur sapa. Bahkan sekarang munculnya BBM (Blackberry Messenger) juga menambah alternatif manusia dalam berkirim pesan.


katupos sudah ditangan Salim
 

            Perkembangan komputer serta adanya jaringan internet memudahkan kita dalam berkirim surat. Beberapa aplikasi semacam Yahoo Messenger yang menyediakan layanan video callVideo call memudahkan kita untuk bertegur sapa dengan melihat wajah tanpa harus bertemu secara fisik. Kembali lagi dengan perangkat-perangkat diatas yang menyisihkan peran surat-menyurat serta kartupos secara konvensional.

Kapan terakhir kali anda membeli perangko? Menulis surat secara konvensional dengan mengirimnya melalui kantor pos? Tradisi surat menyurat sudah ada sejak dulu. Merpati pos merupakan salah satu pilihan dalam berkirim surat. Peran burung ini sangat membantu pada waktu itu. Kemudian manusia beralih dengan jasa Kantor Pos. Lama pengiriman ditentukan dengan harga perangko yang dipakai ketika mengirim surat. “Kilat pos” terminologi yang tercipta dari aktifitas surat menyurat, untuk menandakan untuk pengirimnya super cepat.
Tradisi kartu ucapan pada saat Lebaran misalnya, bisa dikatakan menjadi “puncak” orang-orang dalam bertegur sapa. Kartu ucapan berisi “Selamat Hari Raya Idul Fitri” atau ”Selamat Hari Lebaran” masih membanjiri ketika tahun 1990-2000an. Bahkan dipusat-pusat perbelanjaan banyak yang menjual kartu ucapan tersebut. Setiap orang mengirimkan kartu ucapan kepada keluarga, rekan kerja atau teman dekat.

            Semoga kita masih tetap menjaga tradisi surat-menyurat dan berkirim kartu pos atau kartu ucapan. Sehingga tradisi tersebut tidak terlalu “tenggelam” dengan adanya gadget-gadget modern. Semoga merindukan kembali Pak Pos yang selalu setia mengantarkan surat kita sampai ketujuannya. Merindukan kotak pos pinggir jalan, yang ramai diserbu orang-orang yang ingin berkirim surat. Sepertinya yang penting adalah semoga anak cucu kita masih bisa mengenal surat-menyurat secara konvensional.

Oleh Dimaz Maulana, (tulisan ini pernah diunggah pada blog pribadi pada 23 Maret 2011)


POSTED BY cardtopost
DISCUSSION 0 Comments

Leave a Reply

Powered by Blogger.