Mencari Ulang Esensi Berkomunikasi Lewat Kartu Pos (Semacam Kata Pengantar)
Kehadiran media sosial di dekade ini membawa
perubahan yang sungguh signifikan pada kehidupan kita. Selayaknya bedol
desa, kita semua bertransmigrasi ke dunia maya. Hehe, nggak sepenuhnya
pindah sih, tapi kita selalu menyempatkan diri untuk berada di media
sosial yang maya itu. Kita seolah menggandakan diri.
Tahun demi tahun kita lewati dengan cara baru
bersosialisasi ini. Pak De Marshall McLuhhan, seorang pakar komunikasi,
pernah berkata lewat bukunya yang nggak usah kalian tahu lah apa
judulnya, saya juga lupa. ...Manusia mencipta alat (teknologi), lalu
alat itu balik mencipta manusia,“. Awalnya, manusia mencipta media-media
sosial ini tapi coba lihat sekarang, yang terjadi adalah media-media
sosial itu lah yang membentuk gaya hidup baru manusia.
Konsep telepati antar dua orang yang bagi
masyarakat dekade-dekade silam hanya imajinasi, kini nyaris terwujud.
144 karakter status di Twitter seolah menjadi perpanjangan suara hati
dan pikiran kita. Bahkan reseptornya bukan hitungan individu lagi
melainkan massal. Kita mambawa privasi ke ranah publik. Banyak orang
bisa mengetahui apa yang sedang kita pikirkan, dimana kita sedang berada
dan apa yang kita sedang lakukan. Pertanyaan-pertanyaan ...Hai, kamu
lagi apa, dimana sama siapa?“ menjadi pertanyaan yang harus dihindari,
karena mungkin saja si lawan bicara menjawab ...Kan aku udah update di Twitter, pliis deh, kamu nggak follow aku yah.. Huh dasar, nggak perhatian!“
Hal lain yang menarik untuk disimak adalah
cara kita memberi ucapan. Ucapan ulang tahun misalnya. Kita tahu,
mengucapkan selamat ialah bukti kalau kita peduli dan menghargai rekan
kita, tapi apakah itu cukup dengan kalimat ucapan yang disingkat. Ucapan
yang paling popular ialah: ...HBD WYATB Y“ alias ...Happy birthday wish
you all the best yah.“. Untuk kita yang nggak mau repot nyusun kalimat,
kita bisa ReTweet ucapan teman, seenggaknya ada nama kita di ucapan itu..
Keberadaan Facebook yang memberi fasilitas
pengingat hari ulang tahun sangat membantu kita. Tapi dampaknya adalah
kadang kita terlalu bergantung atau terlalu percaya pada pengingat dari
Facebook itu. Saya pernah (sering) iseng mengubah-ubah tanggal lahir
saya di Facebook. Tahun kemarin saja saya tiga kali ulang tahun versi
facebook. Wall saya selalu ramai dengan ucapan selamat dan doa.
Lucunya, ada beberapa orang yang memberi ucapan di tiap kali saya
'ulang tahun'. Banyak yang nggak ingat dan peduli dengan kapan
sebenarnya kawan kita itu ulang tahun. Kita jadi seperti mesin yang akan
menuliskan ucapan secara otomatis ketika melihat seorang teman yang
oleh Facebook dikabarkan berulangtahun Tapi, perlu diakui juga sih,
ajang itu memang saya manfaatkan, pokoknya tiap kali saya lagi down dan butuh dukungan dan doa, maka saya akan berulang tahun di Facebook. Haha. Najong yaa
Ada nilai-nilai yang terpangkas dari era baru
komunikasi yang serba cepat bin mudah ini. Pesan-pesan yang seharusnya
istimewa, sakral dan memorable disampaikan dengan cara yang biasa. Ucapan selamat ulang tahun itu hanya contoh kecil, fren. Kita pasti sudah pernah denger cerita tentang artis yang diputusin dan dicerai cuma lewat BBM. Man, kalimat-kalimat yang seharusnya sakral untuk diucapkan menjadi seperti ocehan remeh-temeh.
Well, saya nggak
bermaksud untuk ngebubarin media sosial, toh di luar dampak-dampak
negatifnya itu banyak manfaat yang kita dapatkan. Pada intensitas
tertentu media sosial sangat membantu kehidupan komunikasi kita. Pada
intensitas yang berlebihan? Tentu saja itu akan memaksa kita untuk ber-multitasking. Orang-orang yang tidak terbiasa macam saya pasti akan terjangkit penyakit kepikunan dini alias skip. Haha
Nah, melalui program Card to Post ini, saya
yang dipayungi MALU mau mengajak kawan-kawan sejagad Indonesia untuk
saling menghidupi lagi budaya kirim-kiriman kartu pos. Hmm, sebenernya
kartu pos itu belum mati-mati amat sih, hanya kelihangan esensinya.
Para desainer atau seniman masih sering mencetak karyanya dengan format
kartu pos. Beberapa tahun silam ada Adracks, sebuah agency iklan
(CMIIW) menjadikan kartu pos sebagai media beriklan. Ia menyebarnya di
tempat-tempat makan dan mall. Saya termasuk salah satu kolektornya.
Lantas, kalau kita ingin mencetak gambar, kartu pos menjadi istilah yang
merujuk pada ukuran. 10 x 15 cm kalau nggak salah. Ya, dekade ini kartu
pos hanyalah sebuah cinderamata, ukuran kertas, bahkan media iklan.
Sementara esensinya kartu pos, yaitu sebagai medium yang memuat surat
pendek dan dikirimkan melalui kantor pos dengan menggunakan perangko,
raib!
Lalu apa menariknya kirim-kiriman kartu pos sih?
Sebenarnya saya juga bukan orang yang pernah kirim-kiriman kartu pos sebelum program ini. Haha. Tapi
kalau dilihat dari cerita orang-orang rasanya mereka sangat senang tiap
kali berkirim-kiriman kartu pos. Riset kecil-kecilan pun saya lakukan
demi ini. Salah satunya dengan main ke forum Postcrossing.com, forum
yang mewadahi para pehobi kirim-kiriman kartu pos dari seluruh dunia.
Dari situ saya ketemu dengan beberapa pegiatnya yang di Indonesia.
Kira-kira ini lah yang membuat kirim-kiriman
kartu pos itu seru. Pertama, keterkejutan. Rentang waktu pengiriman
kartu pos itu bikin hati kita deg-deg ser. Bagi si pengirim,
deg-deg-ser-nya itu karena kepikiran apakah kartu posnya sampai atau
nggak. Bagi si penerima, tentunya seperti apakah kartu pos dan kapan
kartu pos itu sampe pasti bikin penasaran. Pokoknya, kotak surat menjadi
kotak penuh kejutan deh. Kedua, kartu pos adalah bentuk komunikasi yang
berwujud, dapat di sentuh alias tidak maya. Pesan atau ucapan dalam
kartu pos itu menjadi lebih collectible dan pastinya memorable. Kita bisa memajangnya di tembok kamar atau menyimpannya di album sehingga bisa kita lihat dan pegang setiap waktu kita ingin.
Ah, saya jadi ingat dengan salah satu cerita pendek favorit saya, Kartu Pos dari Surga
karangan Agus Noor. Cerpen itu bercerita tentang anak kecil bernama
Beningnya yang menunggu kartu pos dari ibunya, Ren. Tiap kali kerja
keluar kota, Ren selalu mengirimi kartu pos. Dari hari ke hari Beningnya
menanyakan terus mengapa ibunya belum juga mengirimkan kartu pos.
Bapaknya, Marwan, tak tega untuk memberi tahu bahwa Ren telah meninggal
karena kecelakaan. Segala cara ia coba agar anaknya tidak lagi
menanyakan kartu pos dari Ren. Termasuk dengan mengirimkan kartu pos
bernamakan Ren. Beningnya yang sudah hapal benar, tau kalau kartu pos
itu palsu. Sampai akhirnya, di suatu malam, arwah Ren datang menghampiri
memberikan kartu pos secara langsung kepada si Beningnya.
Dari cerita ini kita jadi
melihat betapa kartu pos itu memiliki makna yang simbolik bagi
seseorang. Walau pun di era pada cerpen itu handphone sudah
ada, kartu pos menjadi media komunikasi utama antara Ibu dan Anak. Kartu
pos yang ia dapat dari ibunya itu ia kumpulkan pada sebuah box, dan tiap kali ia rindu ibunya, ia membuka dan melihatnya.
Ada satu cerita menarik dari
Marwan si bapak. Ia semacam penasaran hingga ke tahap iri melihat anak
dan istrinya saling berkirim kartu pos. Ia begitu iri dengan
keterkejutan si anak saat pak pos datang ke rumah membawakan kartu pos.
Lucunya, Marwan akhirnya mencoba berkirim kartu pos juga. Dan tahu kah
kamu kepada siapa kartu pos itu dialamatkan? Ya, Marwan mengalamatkan
kartu posnya ke dirinya sendiri. haha
Nah, daripada penasaran seperti Marwan, yuk ah mending kita bikin dan saling berkirim kartu pos. let's send a card to post feeling, greeting, or anything!
Rizki Ramada

Powered by Blogger.
Cardtopost adalah

- cardtopost
- Indonesia
- Card to Post adalah ajakan kepada kawan-kawan semua untuk membuat kartu pos untuk menyampaikan sebuah pesan, entah itu berupa ungkapan perasaan, ucapan selamat, atau sekedar sapaan. Sebagai anak muda yang kreatif, nggak bisa diem dan ngegemesin, gambar di kartu pos itu kudu bikinan kita sendiri, kalian bisa memuat foto, ilustrasi, crafting, atau apa pun... So, mari berkirim CARDto, nanti POSTi dibalas..
Program
step by step
Ikuti Kami
Sumbang Tulisan!
Hey ho, kalau yang punya ide dan pemikiran seru soal kartu pos dan aksi berkirim benda pos dan tertarik untuk mewujudkannya dalam bentuk artikel. Kami sungguh sangat senang untuk menerima dan menampilkannya.
langsung kirimkan tulisan kalian ke:
cardtopost@gmail.com
langsung kirimkan tulisan kalian ke:
cardtopost@gmail.com